
Prosiding pendidikan numerasi adalah kumpulan makalah ilmiah dari seminar, lokakarya, dan konferensi yang membahas pengembangan kemampuan literasi angka, pemahaman konsep matematika, dan penerapan numerasi dalam konteks pembelajaran. Numerasi—kemampuan menggunakan angka dan konsep matematis dalam kehidupan sehari‑hari—menjadi kompetensi inti abad 21 yang digarisbawahi dalam berbagai kerangka kurikulum global dan nasional. Dalam prosiding ini, peneliti dan praktisi memaparkan hasil studi, inovasi metode, dan evaluasi program untuk meningkatkan literasi numerik siswa mulai dari jenjang dasar hingga menengah. Dengan fokus pada “Prosiding pendidikan numerasi”, artikel-artikel tersebut merekam kemajuan teori dan praktik, serta memberikan rekomendasi bagi guru, pembuat kebijakan, dan peneliti.
Baca Juga : Prosiding Pendidikan Literasi: Membangun Kompetensi Abad 21 melalui Multiliterasi dan Inovasi Pembelajaran
Latar Belakang dan Urgensi Literasi Numerik
Di era data dan informasi, literasi numerik dibutuhkan untuk mengambil keputusan berbasis angka—mulai dari pengelolaan keuangan pribadi hingga interpretasi grafik dan statistik dalam berita. Namun banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep dasar seperti bilangan pecahan, perbandingan, dan probabilitas. Prosiding pendidikan numerasi muncul sebagai respons akademik untuk mengidentifikasi hambatan belajar matematika, mengeksplorasi model intervensi, dan mempromosikan inovasi pembelajaran matematika yang kontekstual dan bermakna.
Sejarah dan Perkembangan Prosiding Numerasi
Seminar Nasional Pendidikan Sains dan Matematika (SNPASCA) Universitas Negeri Semarang telah menerbitkan prosiding numerasi sejak 2018, mengumpulkan makalah tentang strategi numerasi di sekolah dasar dan menengah. Di samping itu, prosiding Seminar Nasional FKIP Universitas Malikussaleh memuat penelitian numerasi yang menekankan integrasi konteks lokal dalam pembelajaran matematika. Sejak awal, prosiding ini didominasi makalah konseptual; namun dalam beberapa tahun terakhir, terjadi lonjakan studi eksperimen lapangan dan mixed‑methods yang menilai efektivitas intervensi numerasi berbasis teknologi dan model pedagogi inovatif.
Kerangka Teoritis Numerasi
Prosiding mengadopsi definisi literasi numerik dari OECD PISA—kemampuan individu untuk merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Kerangka teoritis mencakup teori konstruktivisme Piaget, pendekatan sosiokultural Vygotsky, dan konsep numerasi kritis yang menekankan peran sosial budaya dalam pembelajaran matematika. Model pedagogi numerasi sering dikaitkan dengan pembelajaran kontekstual, problem‑based learning, dan penggunaan manipulatif konkret untuk membangun pemahaman konsep.
Metodologi Penelitian dalam Prosiding
Makalah-makalah kuantitatif menggunakan desain eksperimen, quasi‑experimental, dan pre‑post test untuk mengukur dampak intervensi numerasi. Studi kualitatif memanfaatkan wawancara mendalam dengan guru dan observasi kelas untuk memahami praktik pengajaran numerasi. Mixed‑methods menggabungkan skor tes numerasi dengan analisis tema dari wawancara siswa dan guru, memberikan gambaran holistik tentang aspek kognitif dan afektif dalam pembelajaran numerasi. Instrumen penelitian meliputi tes kemampuan numerasi, angket sikap matematika, serta rubrik penilaian tugas problem solving.
Inovasi Pembelajaran Matematika Berbasis Teknologi
Prosiding menampilkan inovasi teknologi seperti penggunaan aplikasi matematika interaktif, platform gamifikasi numerasi, dan laboratorium virtual. Aplikasi mobile memungkinkan latihan adaptif untuk topik pecahan dan perbandingan, menyesuaikan tingkat kesulitan berdasarkan performa siswa. Gamifikasi menambahkan elemen poin dan tantangan kompetitif, meningkatkan motivasi intrinsik. Laboratorium virtual menyediakan simulasi eksperimen statistik dan geometri dinamis, membantu siswa memvisualisasikan konsep abstrak.
Model Pembelajaran Kontekstual dan PBL
Project‑based learning (PBL) numerasi mengajak siswa merancang proyek nyata—misalnya survei pengeluaran kantin dan analisis data keuangan—untuk menerapkan konsep persentase dan rata‑rata. Pembelajaran kontekstual menempatkan matematika dalam situasi kehidupan sehari‑hari, seperti menghitung luas lahan tani atau dosis obat. Model ini meningkatkan relevansi materi dan mendorong keterlibatan aktif siswa.
Studi Kasus: Intervensi Numerasi di Sekolah Dasar
Sebuah studi di prosiding SNPASCA melaporkan intervensi numerasi pecahan menggunakan manipulatif kertas lipat. Setelah delapan minggu, skor pemahaman pecahan meningkat rata‑rata 22 %. Siswa melaporkan manipulatif membantu mereka “melihat” bagian dari keseluruhan, bukan sekadar angka abstrak. Guru juga mencatat peningkatan kepercayaan diri siswa dalam diskusi matematika.
Studi Kasus: Numerasi pada Siswa Menengah
Di Universitas Malikussaleh, intervensi numerasi menggunakan blended learning untuk topik aljabar linear. Mahasiswa SMA mengakses modul daring sebelum kelas, sehingga waktu tatap muka difokuskan pada diskusi problem solving. Hasil quasi‑experimental menunjukkan peningkatan skor aljabar 18 % pada kelompok blended dibanding kontrol. Pendekatan ini memadukan fleksibilitas daring dengan dukungan guru langsung.
Evaluasi Literasi Numerik dan Dampaknya
Evaluasi program numerasi sering menggunakan tes standar literasi numerik dan survei sikap. Prosiding melaporkan bahwa peningkatan kemampuan numerasi berkorelasi positif dengan penurunan kecemasan matematika. Siswa yang mengikuti intervensi numerasi intensif melaporkan kecemasan berkurang 15 %. Dampak jangka panjang juga diukur melalui tracking cohort; siswa dengan literasi numerik tinggi menunjukkan prestasi akademik lebih baik dalam mata pelajaran sains dan ekonomi.
Tantangan Implementasi Numerasi
Beberapa tantangan muncul: resistensi guru terhadap teknologi baru, keterbatasan infrastruktur TIK di sekolah, dan beban kurikulum yang padat. Selain itu, guru sering kurang pelatihan khusus numerasi kritis dan penggunaan manipulatif. Faktor sosial budaya, seperti sikap negatif terhadap matematika, juga memengaruhi motivasi siswa.
Rekomendasi Strategis
Prosiding merekomendasikan pelatihan profesional berkelanjutan untuk guru numerasi, termasuk workshop manipulatif dan literasi digital. Sekolah perlu menyediakan akses internet dan perangkat mobile untuk praktik daring. Kurikulum sebaiknya memberi ruang waktu khusus untuk literasi numerik terintegrasi dalam mata pelajaran lain. Kebijakan pendidikan disarankan memberikan insentif bagi guru inovator numerasi dan mendanai penelitian tindakan kelas.
Kolaborasi Multi‑Stakeholder
Keberhasilan literasi numerik memerlukan kolaborasi sekolah, universitas, dan industri teknologi edukasi. Kemitraan dengan pengembang aplikasi matematik dapat menghadirkan modul adaptif berkualitas tinggi. Kolaborasi dengan perguruan tinggi memfasilitasi penelitian bersama intervensi numerasi. Dinas pendidikan daerah dapat memfasilitasi pelatihan dan pendanaan lokal.
Sinergi dengan Kebijakan Nasional
Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan kebijakan Merdeka Belajar menempatkan literasi numerik sebagai kompetensi inti. Prosiding menyarankan integrasi literasi numerik dalam indikator akreditasi sekolah dan evaluasi guru. Kebijakan pendanaan BOS dapat dialokasikan untuk program numerasi inovatif.
Arah Riset Masa Depan
Tren riset numerasi global mencakup literasi data, computational thinking, dan AI‑driven tutoring. Prosiding perlu membuka ruang bagi studi literasi data—mengajarkan siswa menafsirkan grafik dan big data—serta penelitian adaptive learning berbasis AI untuk numerasi personalisasi. Digital twins dan VR untuk pedagogy matematika spatial juga menjanjikan.
Refleksi Peserta Didik dan Guru
Siswa melaporkan metode manipulatif dan gamifikasi membuat matematika lebih menyenangkan dan dapat dipahami. Guru menyatakan blended learning memberi fleksibilitas namun menuntut kesiapan teknis. Keduanya menyepakati perlunya dukungan infrastruktur dan pelatihan.

Baca Juga : Prosiding Pendidikan Sosial Humaniora: Menelaah Kontribusi Akademik dalam Pengembangan Ilmu Sosial
Kesimpulan
Prosiding pendidikan numerasi berperan strategis dalam membangun literasi angka dan kemampuan pemecahan masalah abad 21. Dengan inovasi pedagogi matematika, kolaborasi multi‑stakeholder, dan dukungan kebijakan, pendidikan numerasi dapat mencetak generasi yang melek angka, kritis, dan adaptif terhadap tantangan global.
Daftar Pustaka
Priyono, A. (2023). Inovasi Pembelajaran Numerasi di Sekolah Dasar. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains dan Matematika (SNPASCA). Universitas Negeri Semarang. https://proceeding.unnes.ac.id/index.php/snpasca/article/download/2287/1770/6034
Nurhadi, M. (2022). Pengembangan Literasi Numerik melalui Blended Learning di SMA. Prosiding Seminar Nasional FKIP. Universitas Malikussaleh. https://prosiding.unma.ac.id/index.php/semnasfkip/article/view/1280
Penulis : Anisa Okta Siti Kirani
