Dunia akademik tidak pernah lepas dari publikasi ilmiah. Publikasi dianggap sebagai jalan utama untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, menemukan solusi dari permasalahan nyata, sekaligus menjadi penanda kualitas seorang peneliti. Namun, di balik pentingnya publikasi ilmiah, terdapat fenomena yang meresahkan, yaitu munculnya jurnal predator. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan jurnal yang memanfaatkan kebutuhan peneliti untuk menerbitkan karya ilmiah dengan cara yang tidak etis, bahkan cenderung merugikan.
Kemunculan jurnal predator semakin marak seiring berkembangnya sistem open access yang awalnya bertujuan mulia, yaitu membuka akses ilmu pengetahuan bagi siapa saja. Sayangnya, sistem tersebut kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk mengejar keuntungan finansial semata. Untuk mengantisipasi hal ini, seorang pustakawan bernama Jeffrey Beall menyusun daftar yang dikenal sebagai Beall’s List, yakni daftar jurnal dan penerbit yang dianggap predator. Artikel ini akan membahas secara panjang lebar mengenai jurnal predator, ciri-cirinya, dampaknya terhadap dunia akademik, serta peran Beall’s List dalam memberikan peringatan kepada para peneliti.
Baca juga: Turnitin dan Jurnal Predator: Memahami, Mendeteksi, dan Menghindarinya
Apa Itu Jurnal Predator?
Jurnal predator adalah publikasi ilmiah yang meniru bentuk jurnal akademik resmi tetapi tidak menjalankan proses seleksi, pengeditan, serta peninjauan (peer review) sesuai standar akademik yang benar. Tujuan utama jurnal predator bukanlah menyebarkan pengetahuan, melainkan mendapatkan keuntungan finansial dari penulis yang ingin menerbitkan karyanya dengan cepat.
Berbeda dengan jurnal berkualitas yang biasanya melewati proses panjang berupa pengiriman naskah, penyuntingan, revisi, hingga persetujuan akhir, jurnal predator sering kali langsung menerima naskah tanpa meninjau isi secara mendalam. Hal ini membuat kualitas artikel yang terbit sangat rendah, bahkan bisa saja mengandung kesalahan fatal atau plagiarisme.
Latar Belakang Munculnya Jurnal Predator
Fenomena jurnal predator tidak bisa dilepaskan dari sistem open access. Ketika banyak lembaga mendorong peneliti untuk berbagi karya secara terbuka, model pendanaan pun bergeser. Jurnal berbasis langganan biasanya membebankan biaya kepada pembaca, sementara jurnal open access membebankan biaya publikasi kepada penulis atau lembaga yang mendukungnya.
Perubahan inilah yang membuka peluang bagi penerbit tidak bertanggung jawab untuk memanfaatkan penulis yang terdesak kebutuhan publikasi, misalnya untuk kenaikan pangkat, syarat kelulusan, atau tuntutan karier akademik. Dengan janji penerbitan cepat dan biaya tertentu, penulis yang kurang berhati-hati akhirnya terjebak pada jurnal predator.
Ciri-ciri Jurnal Predator
Untuk mengenali jurnal predator, ada beberapa ciri khas yang bisa dijadikan acuan. Penjelasan berikut akan menguraikan secara panjang lebar agar lebih mudah dipahami.
1. Proses Review Tidak Jelas
Jurnal predator biasanya mengklaim bahwa mereka memiliki proses peer review, tetapi dalam praktiknya, artikel diterima dalam hitungan hari, bahkan jam, tanpa revisi. Hal ini jelas menunjukkan bahwa mereka tidak benar-benar meninjau kualitas ilmiah tulisan.
2. Biaya Publikasi yang Tidak Transparan
Biaya publikasi memang lazim dalam jurnal open access, tetapi jurnal predator sering kali mematok biaya tinggi tanpa memberikan rincian. Ada juga kasus di mana penulis baru diberitahu biaya setelah artikelnya diterima.
3. Website Tidak Profesional
Situs jurnal predator sering kali berisi informasi yang tidak konsisten, banyak kesalahan bahasa, hingga menampilkan dewan redaksi fiktif. Bahkan ada yang mencantumkan nama ilmuwan terkenal tanpa sepengetahuan mereka.
4. Indexing Palsu
Salah satu jebakan paling umum adalah klaim indeksasi palsu. Jurnal predator sering mencantumkan bahwa mereka terindeks di database internasional, padahal kenyataannya hanya di platform yang tidak kredibel.
5. Janji Publikasi Cepat
Dalam dunia akademik, proses publikasi biasanya memakan waktu berbulan-bulan. Namun, jurnal predator menawarkan penerbitan dalam hitungan hari atau minggu. Kecepatan ini sering dijadikan daya tarik untuk penulis yang dikejar target.
Dampak Negatif Jurnal Predator
Fenomena jurnal predator bukan sekadar masalah administratif, melainkan berdampak luas terhadap kualitas ilmu pengetahuan dan reputasi akademik.
1. Merusak Reputasi Peneliti
Ketika penulis tidak sengaja atau terpaksa menerbitkan di jurnal predator, reputasi akademiknya bisa dipertaruhkan. Karya ilmiah yang terbit di sana sering tidak diakui lembaga resmi atau bahkan dianggap tidak valid.
2. Menyebarkan Informasi Keliru
Karena tidak ada peninjauan ketat, banyak artikel yang berisi data lemah, metodologi keliru, atau kesimpulan yang tidak berdasar. Jika digunakan sebagai rujukan, hal ini bisa menyesatkan penelitian lain.
3. Kerugian Finansial
Penulis yang membayar biaya publikasi di jurnal predator biasanya tidak mendapat manfaat apa pun. Artikel tidak memiliki nilai akademik, sementara biaya sudah terlanjur dikeluarkan.
4. Mencoreng Dunia Akademik
Keberadaan jurnal predator membuat masyarakat umum meragukan kredibilitas penelitian. Hal ini berbahaya karena bisa menurunkan kepercayaan publik terhadap ilmu pengetahuan.
Mengenal Beall’s List
Beall’s List adalah daftar yang dibuat oleh Jeffrey Beall, seorang pustakawan di University of Colorado, Amerika Serikat. Daftar ini berisi nama-nama penerbit dan jurnal yang dianggap predator. Beall mulai menyusun daftar tersebut sekitar tahun 2008 dan kemudian mempublikasikannya secara daring.
Tujuan utama Beall’s List adalah memberi panduan kepada para peneliti agar lebih berhati-hati dalam memilih jurnal. Dengan adanya daftar ini, penulis bisa melakukan pengecekan apakah jurnal yang dituju termasuk predator atau tidak.
Jenis-jenis Daftar dalam Beall’s List
Beall’s List tidak hanya memuat satu kategori saja, tetapi memiliki beberapa jenis daftar yang membantu peneliti memahami karakteristik penerbit dan jurnal predator. Berikut penjelasannya:
- Daftar Penerbit Predator: Daftar ini berisi nama-nama penerbit yang memiliki banyak jurnal dengan kualitas meragukan. Biasanya, penerbit ini mengelola puluhan bahkan ratusan jurnal yang semuanya memiliki pola serupa: publikasi cepat, biaya tinggi, dan kualitas rendah.
- Daftar Jurnal Individu: Selain penerbit, Beall juga mencatat jurnal-jurnal tertentu yang tidak memiliki afiliasi dengan penerbit besar, tetapi tetap menunjukkan karakteristik predator. Hal ini penting karena tidak semua jurnal predator berasal dari penerbit besar.
- Daftar Misleading Metrics: Beall juga mencatat lembaga atau organisasi yang menyediakan impact factor palsu atau metrik yang menyesatkan. Lembaga-lembaga ini biasanya menjual jasa penilaian palsu untuk memberi kesan jurnal tertentu memiliki reputasi baik.
Kritik terhadap Beall’s List
Meskipun bermanfaat, Beall’s List juga tidak luput dari kritik. Beberapa pihak menilai bahwa daftar tersebut terlalu subjektif karena disusun oleh satu orang saja. Ada juga penerbit yang merasa dicemarkan karena masuk daftar, padahal mereka berusaha memperbaiki diri.
Selain itu, sejak tahun 2017, Beall’s List resmi ditutup karena Beall mendapat tekanan dari berbagai pihak, termasuk penerbit besar. Namun, meskipun sudah tidak diperbarui secara resmi, banyak salinan daftar tersebut masih beredar dan tetap digunakan sebagai referensi.
Alternatif Beall’s List
Setelah Beall’s List ditutup, muncul beberapa inisiatif lain yang bertujuan serupa, yaitu membantu peneliti menghindari jurnal predator. Beberapa alternatif tersebut antara lain:
- Cabells Blacklist: Cabells International menyediakan layanan berbayar yang memberikan daftar jurnal predator dengan kriteria yang lebih transparan.
- DOAJ (Directory of Open Access Journals): Meskipun bukan daftar jurnal predator, DOAJ membantu penulis dengan mencatat jurnal open access yang sudah melalui seleksi ketat dan dianggap kredibel.
- Think. Check. Submit: Inisiatif global ini memberikan panduan berupa daftar pertanyaan yang bisa digunakan penulis untuk menilai kredibilitas sebuah jurnal sebelum mengirimkan naskah.
Baca juga: Penghindaran Jurnal Predator: Panduan Lengkap bagi Akademisi dan Peneliti
Kesimpulan
Fenomena jurnal predator adalah masalah serius dalam dunia akademik modern. Keberadaannya tidak hanya merugikan peneliti secara individu, tetapi juga merusak kualitas pengetahuan global.
Ikuti artikel Solusi Jurnal lainnya untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai Jurnal Ilmiah. Bagi Anda yang memerlukan jasa bimbingan dan pendampingan jurnal ilmiah hingga publikasi, Solusi Jurnal menjadi pilihan terbaik untuk mempelajari dunia jurnal ilmiah dari awal. Hubungi Admin Solusi Jurnal segera, dan nikmati layanan terbaik yang kami tawarkan.









