Prosiding pendidikan digital adalah kumpulan makalah ilmiah dari seminar, lokakarya, dan konferensi yang membahas pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran. Di era disrupsi digital, kemampuan merancang, mengelola, dan menilai pembelajaran berbasis digital menjadi kompetensi penting bagi pendidik dan institusi. Prosiding ini mendokumentasikan inovasi metode, studi kasus implementasi, dan evaluasi program pendidikan digital—mulai dari penggunaan Learning Management System (LMS), pengembangan konten multimedia, hingga kebijakan e‑learning—sebagai referensi bagi guru, dosen, peneliti, dan pembuat kebijakan.
Prosiding pendidikan digital terus berkembang seiring munculnya kebutuhan baru dalam ekosistem belajar. Salah satu aspek penting yang semakin mendapat perhatian adalah aksesibilitas konten untuk peserta didik dengan kebutuhan khusus. Makalah dalam prosiding PPs Universitas PGRI Palembang menampilkan adaptasi modul microlearning menjadi teks berformat EPUB yang dapat diubah ukuran font dan kontras warnanya, serta disertai narasi audio untuk tunanetra. Hasil uji coba menunjukkan bahwa siswa berkebutuhan khusus dapat mengikuti materi dengan tingkat mandiri 70 %, meningkat dari 25 % pada modul standar. Pendekatan Universal Design for Learning (UDL) direkomendasikan untuk diadopsi lebih luas dalam desain kursus daring sehingga inklusivitas terjamin.
Selain itu, literasi data (data literacy) muncul sebagai kata kunci ketiga yang tak terpisahkan dari literasi digital. Pendidik dituntut mampu menginterpretasikan analytics dashboard LMS dan menyesuaikan intervensi pedagogis berdasarkan pola akses dan performa belajar siswa. Prosiding PPD Mahesa Center memuat studi penggunaan learning analytics untuk mengidentifikasi siswa yang berpotensi tertinggal, sehingga dosen dapat memberikan umpan balik personal sebelum evaluasi akhir. Metode clustering sederhana mampu memetakan kelompok belajar dan merancang strategi remedial khusus, menurunkan angka kegagalan dari 18 % menjadi 5 %.
Lebih jauh, keterampilan literasi media sosial juga menjadi fokus intervensi. Siswa diarahkan membuat konten edukatif—seperti micro‑video YouTube atau infografis Instagram—tentang konsep pelajaran, yang kemudian dipublikasikan di kanal sekolah. Program ini meningkatkan keterampilan komunikasi digital dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam menyebarkan informasi benar. Evaluasi partisipasi menunjukkan 60 % siswa aktif membuat konten, dan rata‑rata views mencapai 200 per video, menandakan antusiasme tinggi dan potensi diseminasi pembelajaran ke komunitas lebih luas.
Baca Juga : Prosiding Pendidikan Teknologi: Inovasi Integrasi Digital dan Desain Instruksional Abad 21
Latar Belakang dan Urgensi Pendidikan Digital
Pandemi COVID‑19 mempercepat adopsi pembelajaran daring di seluruh jenjang. Sekolah dan universitas yang sebelumnya hanya bereksperimen dengan TIK, kini bergantung sepenuhnya pada platform digital untuk mempertahankan kontinuitas pembelajaran. Prosiding pendidikan digital muncul untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai efektivitas berbagai model e‑learning, tantangan infrastruktur, serta strategi peningkatan literasi digital guru dan siswa. Dengan dokumentasi sistematis, prosiding membantu merumuskan praktik terbaik dan kebijakan berkelanjutan pasca-pandemi.
Sejarah dan Perkembangan Prosiding Pendidikan Digital
Sejak awal 2010‑an, seminar TIK pendidikan di Indonesia banyak digelar, namun prosiding yang fokus pada pendidikan digital masih terbatas. Prosiding PPs Universitas PGRI Palembang sejak 2021 mulai memuat makalah blended learning dan pengembangan modul interaktif berbasis Moodle【source1†L2-L5】. Sementara Prosiding Pendidikan dan Pembelajaran Digital (PPD) Mahesa Center mendokumentasikan penelitian microlearning dan video pembelajaran pendek sejak 2022【source2†L3-L7】. Kedua prosiding ini menjadi rujukan utama inovasi digital di kalangan akademisi Indonesia.
Kerangka Teoritis dan Literasi Digital
Prosiding mengadopsi kerangka literasi digital UNESCO—keterampilan mengakses, memahami, mengevaluasi, dan menciptakan konten digital—serta teori Community of Inquiry (CoI) untuk pembelajaran daring (kehadiran sosial, kognitif, dan pengajaran). Model TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge) juga menjadi dasar desain penelitian, menekankan keseimbangan antara konten, pedagogi, dan teknologi.
Inovasi Metode Pembelajaran Daring
Makalah dalam prosiding memaparkan inovasi seperti flipped classroom daring, gamifikasi kuis interaktif, dan modul microlearning berbasis video singkat. Flipped classroom memindahkan materi kuliah ke video pendek, sehingga sesi sinkron difokuskan pada diskusi dan proyek kolaboratif. Gamifikasi menambahkan elemen poin, lencana, dan papan peringkat di LMS untuk meningkatkan motivasi. Microlearning menyediakan potongan konten 5–7 menit yang sesuai dengan rentang perhatian digital learner. Studi PPs Palembang menunjukkan peningkatan engagement sebesar 40% dengan microlearning modul matematika dasar【source1†L6-L10】.
Pengembangan Konten Multimedia dan Interaktivitas
Pengembangan konten multimedia—video animasi, simulasi interaktif, dan modul e‑book—menjadi fokus utama. Prosiding PPD Mahesa Center menampilkan studi penggunaan video interaktif dengan pertanyaan tertanam, yang meningkatkan retensi konsep sains hingga 25% dibanding video linier【source2†L8-L12】. Simulasi virtual laboratorium kimia memungkinkan siswa melakukan eksperimen daring dengan prosedur animasi dan umpan balik real‑time.
Pembelajaran Hybrid dan Blended Learning
Blended learning—kombinasi daring dan tatap muka—diangkat sebagai model transisi pasca-pandemi. Makalah prosiding menguraikan desain rotasi laboratorium digital: siswa bergiliran praktik laboratorium fisik dan simulasi virtual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan ini mempertahankan keamanan kesehatan sekaligus memastikan pengalaman praktikum yang memadai.
Studi Kasus: Implementasi LMS di Universitas
Studi di Universitas PGRI Palembang mengkaji adopsi Moodle oleh dosen PPs. Setelah pelatihan intensif, dosen mampu mengunggah materi, membuat kuis otomatis, dan memfasilitasi forum diskusi. Survei kepuasan mahasiswa menunjukkan 85% setuju bahwa LMS memudahkan akses materi dan komunikasi dengan dosen. Tantangan utama adalah kestabilan server dan literasi teknologi sebagian dosen senior.
Studi Kasus: Microlearning di Sekolah Menengah
Prosiding PPD menyoroti intervensi microlearning untuk siswa SMA Jurusan IPA. Modul video 5 menit tentang konsep kalor dan suhu diunggah ke YouTube dan dipadukan tugas refleksi di Google Classroom. Pre‑post test menunjukkan peningkatan skor rata‑rata 20% dan peningkatan motivasi belajar. Siswa melaporkan fleksibilitas belajar di waktu senggang.
Pengembangan Profesional Guru Digital
Guru perlu kompetensi digital pedagogis. Prosiding merekomendasikan program pelatihan blended TPACK, mentorship digital, dan PLC daring antar-guru. Workshop pembuatan video pembelajaran dan sertifikasi penggunaan LMS diusulkan untuk meningkatkan kualitas pengajaran digital.
Kebijakan dan Infrastruktur E‑Learning
Kebijakan pendidikan digital nasional mendorong satu portal pembelajaran daring terintegrasi. Prosiding mencatat kebutuhan peningkatan bandwidth, server lokal, dan dukungan teknis 24/7. Rekomendasi meliputi kemitraan dengan penyedia layanan internet dan pengadaan perangkat mobile untuk siswa kurang mampu.
Evaluasi dan Keberlanjutan Program Digital
Evaluasi menggunakan indikator akses (login, durasi), partisipasi (postingan forum), dan hasil belajar (skor kuis). Prosiding PPD menampilkan dashboard analytics LMS yang memantau perilaku belajar real‑time. Sustainability program dipertahankan melalui dukungan manajemen dan alokasi anggaran tahunan untuk TIK.
Tantangan dan Solusi
Tantangan: kesenjangan akses, literasi digital rendah di kalangan guru, dan konten bajakan. Solusi: hotspot sekolah, pelatihan literasi digital, dan kebijakan hak cipta materi ajar. Komunitas open educational resources (OER) didorong untuk berbagi konten legal.
Tren Masa Depan: AI dan Learning Analytics
Tren global mencakup AI-driven tutoring, chatbots akademik, dan predictive analytics untuk intervensi awal siswa berisiko. Prosiding mengusulkan studi pilot chatbot bimbingan belajar matematika dan model machine learning untuk memprediksi kegagalan akademik.
Refleksi Peserta Didik dan Dosen
Mahasiswa menghargai fleksibilitas belajar daring, meski rindu interaksi langsung. Dosen senior butuh pendampingan teknis. Keduanya sepakat pentingnya dukungan infrastruktur dan pelatihan berkelanjutan.
Sinergi Multi‑Stakeholder
Kolaborasi sekolah, universitas, dinas pendidikan, dan industri TIK diperlukan. Prosiding menekankan kemitraan dengan startup edtech untuk inovasi platform dan konten lokal.
Baca Juga: Prosiding Konferensi Pendidikan: Peran, Struktur, dan Panduan Penulisan
Kesimpulan
Prosiding pendidikan digital memetakan lanskap inovasi pembelajaran zaman now—dari LMS, microlearning, hingga AI. Dengan dukungan kebijakan, pelatihan, dan infrastruktur, transformasi digital pendidikan dapat berkelanjutan, mempersiapkan generasi melek digital yang kritis, kreatif, dan adaptif.
Daftar Pustaka
Universitas PGRI Palembang. (2023). Implementasi LMS dan Microlearning di Program Pascasarjana. Prosiding PPs. https://jurnal.univpgri-palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/3093
Mahesa Center. (2022). Evaluasi Modul Pembelajaran Digital Interaktif. Prosiding Pendidikan dan Pembelajaran Digital. https://journal.mahesacenter.org/index.php/ppd/article/download/195/65
Penulis : Anisa Okta Siti Kirani