Ontologi Realisme: Menyelami Hakikat Keberadaan dalam Filsafat dan Ilmu

Dalam dunia filsafat, ontologi adalah cabang kajian yang membahas tentang hakikat keberadaan, atau dengan kata lain, “apa yang ada?” dan “bagaimana wujud sesuatu itu ada?” Sementara itu, realisme adalah salah satu posisi utama dalam perdebatan ontologis yang mengklaim bahwa realitas atau keberadaan memiliki eksistensi objektif, terlepas dari persepsi, bahasa, atau konstruk sosial manusia. Ketika kedua konsep ini digabungkan menjadi ontologi realisme, kita sedang membahas pandangan bahwa dunia memiliki struktur yang nyata dan independen dari kesadaran kita.

Ontologi realisme bukan hanya penting dalam filsafat semata, tetapi juga menjadi fondasi dalam ilmu pengetahuan, teori kebenaran, serta interpretasi sosial dan budaya. Artikel ini akan membahas secara mendalam konsep ontologi realisme, mulai dari sejarahnya, tokoh-tokoh penting, ragam bentuknya, hingga aplikasinya dalam berbagai bidang.

Baca juga: Pandangan Ontologi Peneliti

Apa Itu Ontologi?

Sebelum masuk ke dalam pembahasan ontologi realisme, penting untuk memahami terlebih dahulu arti dari ontologi itu sendiri. Ontologi berasal dari bahasa Yunani ontos (berarti “menjadi” atau “ada”) dan logos (berarti “ilmu” atau “kajian”). Dengan demikian, ontologi adalah studi sistematis tentang keberadaan dan kategori-kategori eksistensi.

Beberapa pertanyaan kunci dalam ontologi antara lain:

  • Apa yang benar-benar ada?
  • Apa sifat dasar dari hal-hal yang ada?
  • Bagaimana sesuatu diklasifikasikan sebagai “ada”?

Jawaban atas pertanyaan ini menjadi dasar berpikir dalam banyak cabang ilmu, mulai dari metafisika, epistemologi, hingga metodologi penelitian.

Apa Itu Realisme?

Realisme dalam konteks filsafat adalah posisi yang menyatakan bahwa objek-objek di dunia memiliki keberadaan yang independen dari pikiran, bahasa, atau persepsi manusia. Dalam pengertian ini, realisme menolak pandangan idealis yang mengatakan bahwa kenyataan hanyalah konstruksi dari pikiran atau pengalaman subyektif.

Beberapa bentuk realisme dalam filsafat antara lain:

  • Realisme metafisik: Dunia terdiri dari entitas-entitas yang benar-benar ada secara objektif.
  • Realisme ilmiah: Teori-teori ilmiah bertujuan menggambarkan dunia nyata, termasuk entitas yang tidak bisa diamati secara langsung.
  • Realisme moral: Nilai-nilai moral bersifat objektif dan tidak bergantung pada opini manusia.
  • Realisme epistemologis: Pengetahuan adalah upaya untuk mengungkap kebenaran objektif dari realitas.

Definisi dan Ciri-ciri

Ontologi realisme adalah pandangan bahwa struktur realitas bersifat objektif, tetap, dan dapat diungkap melalui pengamatan atau penalaran. Ontologi ini menegaskan bahwa dunia memiliki keberadaan yang nyata, bukan sekadar refleksi dari bahasa, budaya, atau persepsi.

Ciri-ciri utama ontologi realisme:

  1. Independensi: Objek-objek eksis secara independen dari kesadaran atau persepsi manusia.
  2. Stabilitas: Realitas tidak berubah hanya karena interpretasi manusia berubah.
  3. Aksesibilitas: Realitas dapat diketahui, meskipun mungkin secara bertahap atau terbatas.
  4. Universalitas: Hukum-hukum atau struktur realitas berlaku secara universal, tidak bergantung pada konteks budaya atau subjektif.

Sejarah Ontologi Realisme

Gagasan realisme memiliki akar dalam filsafat klasik, khususnya dalam pemikiran para filsuf Yunani.

Plato dan Dunia Ide

Plato, dalam teori Forms atau Ideas, menyatakan bahwa dunia yang kita lihat hanyalah bayangan dari dunia ide yang sempurna. Meskipun tidak sepenuhnya realis dalam pengertian modern, gagasan bahwa ada struktur realitas yang tetap dan objektif menginspirasi pandangan realis.

Aristoteles dan Substansi

Aristoteles menolak dualisme Plato dan menekankan pentingnya dunia nyata sebagai realitas utama. Ia memperkenalkan konsep substansi sebagai esensi yang nyata dan konkret dari suatu objek.

Abad Pertengahan dan Scholastik

Selama abad pertengahan, realisme mendapatkan tempat dalam filsafat skolastik. Thomas Aquinas, misalnya, menyelaraskan filsafat Aristoteles dengan doktrin Kristen dan menekankan bahwa dunia nyata diciptakan Tuhan dan dapat dikenali secara rasional.

Era Modern: Realisme vs. Idealism

Pada era modern, perdebatan antara realisme dan idealisme semakin tajam. Tokoh-tokoh seperti Descartes dan Kant memunculkan pendekatan yang lebih subjektif terhadap realitas. Namun, di sisi lain, filsuf seperti John Locke, David Hume, dan kemudian Karl Popper tetap mempertahankan semangat realisme.

Ontologi Realisme dalam Ilmu Pengetahuan

Dalam sains, realisme menjadi pendekatan dominan, terutama dalam metode ilmiah yang bertujuan menemukan hukum-hukum objektif alam semesta.

  1. Realisme Ilmiah

Realisme ilmiah menyatakan bahwa teori ilmiah yang baik menggambarkan realitas sebagaimana adanya, termasuk entitas yang tidak teramati secara langsung seperti elektron, medan gravitasi, atau virus.

Tokoh penting:

  • Karl Popper: Memperkenalkan falsifikasionisme sebagai cara mendekati kebenaran ilmiah secara objektif.
  • Hilary Putnam: Mendukung realisme ilmiah namun menekankan bahwa teori bisa berubah walau realitas tetap.
  1. Kritik terhadap Realisme Ilmiah

Meskipun realisme mendominasi ilmu pengetahuan, ada juga kritik dari kubu konstruktivis dan relativis, seperti Thomas Kuhn yang memperkenalkan konsep paradigma dan revolusi ilmiah, menunjukkan bahwa pengetahuan ilmiah bisa sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial dan historis.

Ontologi Realisme dalam Penelitian Sosial

Dalam ilmu sosial, ontologi realisme juga diterapkan meskipun dengan penyesuaian.

Realisme Kritis (Critical Realism)

Realismekritis (dipelopori oleh Roy Bhaskar) adalah pendekatan yang menggabungkan antara realisme ontologis dengan interpretivisme epistemologis. Dalam pandangan ini, dunia sosial memang nyata dan memiliki struktur, tetapi pemahaman kita terhadapnya selalu bersifat terbatas dan dipengaruhi oleh konstruksi sosial.

Contoh:

  • Struktur sosial seperti kelas, kekuasaan, dan institusi memiliki dampak nyata terhadap kehidupan individu, meskipun interpretasinya bisa beragam.

Aplikasi dalam Penelitian

Dalam metodologi penelitian, ontologi realisme digunakan untuk mendasari:

  • Penelitian kuantitatif (berbasis data objektif).
  • Penelitian mixed method (menggabungkan realitas objektif dan subjektif).
  • Penelitian evaluatif berbasis bukti nyata dari dampak program kebijakan.

Bentuk-bentuk Realisme dalam Ontologi

Berikut ini beberapa bentuk dari realisme yang memiliki nuansa ontologis:

  1. Realisme Metafisik: Menegaskan bahwa dunia memiliki struktur yang bersifat fundamental dan tidak tergantung pada pikiran manusia. Misalnya, hukum gravitasi akan tetap berlaku meskipun tidak ada manusia yang menyadarinya.
  2. Realisme Internal: Dipopulerkan oleh Hilary Putnam, bentuk realisme ini mengakui bahwa pengetahuan kita dibentuk oleh kerangka konseptual, tetapi dunia tetap ada secara independen.
  3. Realisme Sosial: Menegaskan bahwa struktur sosial, seperti institusi, peran, dan nilai, memiliki keberadaan nyata yang memengaruhi individu, meskipun mungkin terbentuk melalui sejarah dan interaksi sosial.
  4. Realisme Moral: Nilai-nilai moral bukan sekadar preferensi individu, tetapi ada standar objektif tentang benar dan salah.

Kritik terhadap Ontologi Realisme

Ontologi realisme, meskipun kuat dan rasional, juga mendapat banyak kritik, terutama dari pendekatan konstruktivis dan postmodernis.

  • Kritik dari Konstruktivisme

Konstruktivisme menolak ide bahwa realitas sepenuhnya objektif. Menurut pandangan ini, realitas dibentuk melalui interaksi sosial, bahasa, dan budaya.

Contoh: Pandangan tentang “ras”, “gender”, atau “penyakit mental” sangat bergantung pada konteks historis dan budaya.

  • Kritik dari Postmodernisme

Postmodernisme bahkan lebih ekstrem dalam menolak klaim objektivitas. Segala sesuatu dianggap sebagai konstruksi diskursif yang tidak memiliki fondasi tetap.

Relevansi Ontologi Realisme Saat Ini

Di tengah era informasi, relativisme budaya, dan post-truth, ontologi realisme menjadi penting untuk menjaga komitmen terhadap fakta, bukti, dan kebenaran.

Beberapa relevansi praktis:

  • Dalam jurnalisme: Realisme mendorong pelaporan berdasarkan fakta, bukan sekadar narasi.
  • Dalam kebijakan publik: Pendekatan berbasis data dan bukti nyata sangat dibutuhkan.
  • Dalam pendidikan: Mendorong siswa memahami bahwa dunia tidak selalu bergantung pada persepsi semata.
Baca juga: Ontologi Pendekatan Pragmatis: Memahami Realitas Lewat Kacamata Kebermanfaatan

Kesimpulan: Menyelaraskan Objektivitas dan Subjektivitas

Ontologi realisme memberikan kerangka berpikir yang kuat tentang dunia sebagai sesuatu yang nyata, tetap, dan dapat diketahui. Meskipun menghadapi tantangan dari relativisme dan konstruktivisme, realisme tetap relevan sebagai pondasi dalam ilmu pengetahuan dan penelitian.

Ikuti artikel Solusi Jurnal lainnya untuk mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai Jurnal Ilmiah. Bagi Anda yang memerlukan jasa bimbingan dan pendampingan jurnal ilmiah hingga publikasi, Solusi Jurnal menjadi pilihan terbaik untuk mempelajari dunia jurnal ilmiah dari awal. Hubungi Admin Solusi Jurnal segera, dan nikmati layanan terbaik yang kami tawarkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Solusi Jurnal