SINTA (Science and Technology Index) merupakan sistem indeksasi nasional yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagai alat untuk mengukur kualitas jurnal ilmiah, kinerja publikasi peneliti, dan rekam jejak sitasi di Indonesia. Seiring berkembangnya kualitas riset nasional, Pedoman Update Akreditasi SINTA mengalami beberapa pembaruan yang bertujuan untuk meningkatkan standar pengelolaan jurnal, mendorong transparansi, dan memastikan proses akreditasi berjalan objektif. Pembaruan pedoman ini tidak hanya menyangkut persyaratan teknis pada sistem manajemen jurnal, tetapi juga mencakup aspek tata kelola editorial, etika publikasi, keberlanjutan jurnal, dan pemanfaatan teknologi dalam mendukung kualitas publikasi ilmiah.
Pentingnya pedoman terbaru ini terletak pada dorongan untuk menciptakan ekosistem publikasi yang lebih kompetitif, profesional, dan berorientasi pada integritas akademik. Dengan adanya update, setiap pengelola jurnal diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses editorial, memperketat mekanisme review, serta mematuhi standar etika publikasi yang berlaku secara internasional. Pada akhirnya, pembaruan pedoman akreditasi SINTA bertujuan untuk menghasilkan jurnal ilmiah yang tidak hanya memenuhi standar nasional, tetapi juga mampu bersaing di tingkat global.
Baca juga: Pedoman akreditasi SINTA
Konsep Dasar Akreditasi SINTA
Akreditasi SINTA merupakan proses penilaian terhadap kualitas jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan maupun organisasi riset. Proses akreditasi ini dilakukan berdasarkan indikator tertentu yang telah ditentukan dalam pedoman resmi, meliputi kualitas naskah, tata kelola publikasi, frekuensi terbit, keterlibatan mitra bestari, dan aspek-aspek lain yang menunjukkan kredibilitas jurnal. Dengan adanya akreditasi, jurnal ilmiah mendapatkan pengakuan kualitas yang menunjukkan tingkat profesionalisme redaksi dan konsistensi penerbitan.
SINTA juga berperan sebagai portal integrasi sitasi yang memfasilitasi pemetaan kinerja publikasi peneliti Indonesia. Indeksasi ini memungkinkan masyarakat akademik untuk menilai reputasi jurnal berdasarkan tingkat sitasi, jumlah artikel, dan kolaborasi penulis. Pembaruan pedoman akreditasi membantu memastikan bahwa jurnal yang masuk dalam peringkat SINTA memiliki kualitas yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Tujuan Utama Pembaruan Pedoman Akreditasi SINTA
Pembaruan pedoman akreditasi SINTA memiliki beberapa tujuan strategis untuk mendorong peningkatan kualitas publikasi ilmiah di Indonesia. Tujuan pertama ialah menyesuaikan standar nasional dengan perkembangan publikasi ilmiah global. Seiring meningkatnya jumlah jurnal internasional yang terindeks Scopus dan Web of Science, Indonesia perlu mengadopsi standar global agar jurnal lokal mampu bersaing dalam kompetisi ilmiah internasional. Pembaruan pedoman ini menekankan pentingnya profesionalitas editorial, integritas publikasi, dan transparansi dalam proses ilmiah.
Tujuan kedua adalah memperbaiki tata kelola jurnal agar lebih sistematis dan berbasis data. Dengan adanya peningkatan persyaratan dalam pedoman, setiap pengelola jurnal didorong untuk mengembangkan sistem manajemen editorial yang konsisten, terdokumentasi, dan terstandarisasi. Hal ini bukan hanya meningkatkan kualitas terbitan, tetapi juga memudahkan auditor dalam melakukan proses verifikasi saat akreditasi berlangsung.
Tujuan ketiga ialah meningkatkan integritas publikasi dengan menekan praktik publikasi yang tidak etis, seperti plagiarisme, manipulasi sitasi, dan konflik kepentingan yang tidak dilaporkan. Melalui pedoman akreditasi yang lebih ketat, jurnal diminta untuk menerapkan kebijakan etika yang selaras dengan pedoman COPE dan standar internasional lainnya. Dengan demikian, sistem publikasi di Indonesia dapat berdiri setara dengan jurnal akademik bereputasi dari negara lain.
Jenis-Jenis Perubahan dalam Pedoman Update Akreditasi SINTA
Perubahan pada Standar Editorial
Pembaruan pedoman akreditasi membawa perubahan signifikan pada standar editorial yang harus dipenuhi oleh setiap jurnal ilmiah. Pada versi terbaru, terdapat penekanan terhadap profesionalitas tim redaksi, mulai dari editor-in-chief hingga section editor yang harus memiliki rekam jejak publikasi ilmiah yang memadai. Selain itu, setiap editor diwajibkan berperan aktif dalam proses editorial dan tidak sekadar mencantumkan nama dalam struktur organisasi jurnal. Pembaruan ini dibuat agar proses pengelolaan jurnal lebih kredibel dan transparan.
Jurnal juga diwajibkan menerapkan standar proses editorial modern yang meliputi penggunaan platform OJS, dokumentasi proses review, serta penetapan kebijakan editorial yang jelas. Kebijakan tersebut mencakup pedoman penulis, etika publikasi, proses penarikan artikel (withdrawal dan retraction), serta kebijakan open access. Dengan adanya standar yang lebih terstruktur, kualitas manajemen jurnal akan meningkat dan memudahkan auditor dalam melakukan penilaian akreditasi.
Selain itu, pedoman terbaru menuntut jurnal untuk menerapkan kebijakan keberagaman dalam tim editorial dan mitra bestari. Keberagaman ini mencakup afiliasi institusi, bidang keilmuan, serta keterlibatan reviewer dari berbagai wilayah dan negara. Upaya ini bertujuan untuk memperkuat kredibilitas jurnal serta menghindari dominasi proses editorial oleh pihak tertentu.
Perubahan pada Indikator Kualitas Artikel
Pada pembaruan pedoman akreditasi, aspek kualitas artikel mendapat perhatian khusus. Artikel yang diterbitkan jurnal harus menunjukkan orisinalitas, kontribusi ilmiah yang jelas, dan ketepatan metodologi penelitian. Jurnal diwajibkan memastikan bahwa setiap naskah telah melalui proses peer review yang ketat dan dilakukan oleh mitra bestari ahli. Hal ini bertujuan agar artikel yang dimuat benar-benar memiliki nilai akademik dan dapat dijadikan rujukan dalam penelitian lanjutan.
Selain itu, jurnal diminta untuk memperhatikan variasi topik dan relevansi dengan ruang lingkup jurnal. Pedoman update menekankan bahwa artikel yang diterbitkan tidak boleh keluar dari fokus dan tujuan jurnal. Dengan adanya aturan ini, kualitas tematik jurnal dapat terjaga dan pembaca tidak merasa bingung dengan konten yang tidak sesuai bidang keilmuan.
Jurnal juga diharuskan meningkatkan aksesibilitas artikel melalui metadata yang lengkap, abstrak bilingual, serta penggunaan referensi terbaru yang relevan. Penguatan aspek-aspek ini memungkinkan artikel lebih mudah ditemukan oleh mesin pencari sehingga meningkatkan visibilitas dan dampak sitasi jurnal.
Perubahan dalam Penilaian Kinerja Sitasi
Penilaian sitasi menjadi salah satu indikator penting dalam akreditasi SINTA, dan pedoman terbaru memperbarui metode penilaiannya. Alih-alih hanya menghitung jumlah sitasi secara kuantitatif, auditor kini menilai kualitas sitasi berdasarkan relevansi dan keberagaman sumber rujukan. Dengan cara ini, penilaian tidak hanya terfokus pada angka, tetapi juga makna ilmiah dari sitasi yang diterima jurnal.
Pembaruan pedoman juga menekankan pentingnya transparansi dalam penggunaan indeksasi. Jurnal diharapkan tidak mengandalkan praktik manipulasi sitasi, seperti saling mengutip antar jurnal yang sama atau penggunaan sitasi berlebihan dari artikel internal. Pengaturan ini bertujuan untuk menekan praktik tidak etis yang dapat merusak integritas publikasi ilmiah di Indonesia.
Selain itu, penilaian sitasi kini mempertimbangkan distribusi sitasi pada berbagai artikel dalam jurnal, bukan hanya pada artikel tertentu yang memiliki dampak tinggi. Dengan demikian, jurnal diharapkan mampu menghasilkan artikel berkualitas secara konsisten, bukan hanya mengandalkan satu atau dua artikel unggulan.
Poin-Poin Penting dalam Pelaksanaan Akreditasi SINTA
Persiapan Berkas dan Dokumen Evaluasi
Dalam proses akreditasi, jurnal harus menyiapkan dokumen pendukung yang lengkap dan terstruktur. Dokumen ini meliputi profil jurnal, kebijakan editorial, struktur organisasi, rekam jejak penerbitan, serta bukti proses peer review. Setiap dokumen perlu disusun dengan rapi agar memudahkan tim asesor dalam menilai kelengkapan persyaratan. Penyusunan dokumen yang tidak lengkap sering menjadi penyebab utama jurnal gagal mendapatkan akreditasi.
Jurnal juga diwajibkan menyediakan bukti komitmen terhadap etika publikasi, seperti penggunaan perangkat deteksi plagiarisme, pernyataan konflik kepentingan, dan kebijakan retraction serta withdrawal. Dengan adanya bukti tersebut, auditor dapat menilai sejauh mana jurnal mematuhi etika akademik. Ketersediaan bukti ini mencerminkan kematangan tata kelola jurnal.
Selain itu, jurnal perlu menyiapkan dokumentasi terkait konsistensi penerbitan, seperti jadwal publikasi, frekuensi terbit, dan bukti bahwa jurnal tidak mengalami keterlambatan terbit yang signifikan. Konsistensi ini menjadi salah satu faktor utama dalam penilaian karena mencerminkan profesionalitas pengelolaan jurnal.
Evaluasi Sistem Manajemen Jurnal
Proses akreditasi juga melibatkan evaluasi sistem manajemen jurnal berbasis OJS. Tim auditor menilai apakah jurnal telah menggunakan OJS secara optimal untuk mengelola artikel sejak tahap submission hingga publikasi. Penggunaan fitur-fitur seperti manajemen reviewer, pengiriman revisi, serta pengarsipan dianggap sebagai indikator bahwa jurnal dikelola secara sistematis.
Selain itu, auditor menilai aspek keamanan sistem, termasuk penggunaan DOI, penyimpanan data digital, serta keterhubungan jurnal dengan sistem indeksasi lainnya. Dengan adanya aspek teknologi yang kuat, jurnal dapat menunjukkan kesiapan dalam menghadapi tantangan publikasi modern. Evaluasi sistem ini menjadi poin penting karena berkaitan langsung dengan keberlanjutan penerbitan.
Jurnal juga diharuskan menyediakan akses terbuka (open access) tanpa hambatan bagi pembaca. Jurnal yang menerapkan paywall atau akses terbatas sering kali mendapatkan nilai rendah karena dianggap tidak mendukung keterbukaan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kebijakan open access menjadi keharusan dalam pedoman akreditasi terbaru.
Dampak Pembaruan Pedoman terhadap Pengelola Jurnal
Pembaruan pedoman akreditasi SINTA memberikan dampak positif maupun tantangan bagi pengelola jurnal. Dampak positifnya adalah peningkatan kualitas editorial yang membuat jurnal lebih dihargai dan dipercaya oleh komunitas akademik. Dengan mengikuti pedoman baru, jurnal dapat memperbaiki proses verifikasi artikel, memperkuat prosedur editorial, dan meningkatkan kredibilitas publikasi. Hal ini dapat membantu jurnal menarik penulis berkualitas tinggi dan memperluas jaringan akademik.
Namun, pembaruan pedoman juga membawa tantangan, terutama bagi jurnal yang masih dikelola secara sederhana. Pengelola jurnal harus berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia, pelatihan penggunaan OJS, dan peningkatan keterampilan editorial. Tantangan ini dapat terasa berat bagi jurnal yang memiliki keterbatasan dana atau tim editorial yang kecil. Meskipun demikian, peningkatan kualitas tetap perlu dilakukan demi keberlanjutan jurnal.
Selain itu, proses adaptasi terhadap pedoman baru memerlukan waktu dan komitmen. Pengelola jurnal harus menyesuaikan dokumen kebijakan, memperbarui SOP, dan memastikan setiap anggota tim memahami tugasnya dengan baik. Adaptasi ini tidak dapat dilakukan secara instan, sehingga dibutuhkan perencanaan yang matang dan kerja sama tim yang solid.
Strategi Jurnal untuk Memenuhi Pedoman Baru
Untuk mematuhi pedoman akreditasi terbaru, jurnal perlu menerapkan beberapa strategi penting. Strategi pertama adalah meningkatkan profesionalitas tim editorial melalui pelatihan dan pengembangan kapasitas. Pengelola jurnal dapat mengikuti workshop manajemen jurnal, pelatihan OJS, serta pelatihan etika publikasi yang diadakan oleh berbagai lembaga. Dengan meningkatkan kompetensi tim editorial, proses pengelolaan jurnal dapat berjalan lebih efisien dan sesuai standar.
Strategi kedua adalah memperbaiki proses review dengan melibatkan reviewer yang kompeten dan beragam. Keberagaman reviewer tidak hanya meningkatkan kualitas penilaian artikel, tetapi juga mencerminkan keterbukaan jurnal terhadap berbagai perspektif akademik. Jurnal dapat membangun jaringan reviewer melalui kolaborasi dengan perguruan tinggi, asosiasi profesi, dan komunitas riset.
Strategi ketiga adalah memperkuat integritas publikasi dengan menerapkan kebijakan etika yang jelas dan tegas. Jurnal harus mengimplementasikan pemeriksaan plagiarisme secara rutin, menegakkan kebijakan retaksi, dan memastikan setiap artikel bebas dari konflik kepentingan yang tidak diumumkan. Dengan menjaga integritas publikasi, jurnal dapat meningkatkan reputasinya di kalangan akademisi.
Baca juga: Penerbit jurnal SINTA 3
Kesimpulan
Pembaruan Pedoman Akreditasi SINTA merupakan langkah strategis pemerintah untuk meningkatkan kualitas publikasi ilmiah nasional. Dengan standar yang lebih ketat dan terstruktur, jurnal ilmiah di Indonesia didorong untuk beroperasi secara profesional, transparan, dan berorientasi pada integritas akademik. Pembaruan ini tidak hanya memperkuat tata kelola editorial dan kualitas artikel, tetapi juga mendorong peningkatan teknologi publikasi dan manajemen sitasi.
Meskipun pembaruan pedoman ini menghadirkan tantangan bagi banyak jurnal, terutama yang masih berkembang, langkah strategis dan perencanaan jangka panjang dapat membantu jurnal beradaptasi dengan baik. Pengelola jurnal perlu meningkatkan kompetensi tim, memperbaiki proses editorial, dan memastikan kepatuhan terhadap etika publikasi. Dengan demikian, jurnal dapat memperoleh akreditasi SINTA yang lebih baik dan berkontribusi pada peningkatan kualitas riset Indonesia.

