Dalam penelitian sosial, bisnis, psikologi, dan ilmu ekonomi, sering kali peneliti menghadapi permasalahan yang kompleks dan melibatkan banyak variabel. Untuk menguji hubungan antar variabel, metode analisis data yang tepat sangat dibutuhkan. Salah satu metode yang populer digunakan adalah Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). SmartPLS merupakan salah satu software yang memudahkan penerapan PLS-SEM, terutama ketika data tidak berdistribusi normal atau sampel penelitian relatif kecil.
Dalam PLS-SEM, model penelitian dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu Outer Model dan Inner Model. Outer Model atau model pengukuran berfokus pada hubungan antara variabel laten (construct) dan indikator yang mengukurnya. Pemahaman mendalam tentang Outer Model sangat penting karena kualitas pengukuran variabel akan memengaruhi validitas dan reliabilitas hasil penelitian.
Baca juga: Uji reliabilitas penelitian SmartPLS
Pengertian Outer Model
Outer Model merupakan bagian dari PLS-SEM yang menunjukkan hubungan antara variabel laten dengan indikator-indikatornya. Variabel laten adalah konsep abstrak yang tidak dapat diukur secara langsung, seperti kepuasan pelanggan, motivasi kerja, atau loyalitas konsumen. Untuk mengukur variabel laten, peneliti menggunakan indikator atau item pertanyaan yang dapat diobservasi. Outer Model bertujuan untuk memastikan bahwa indikator yang digunakan benar-benar mencerminkan variabel laten yang ingin diukur.
Outer Model menekankan dua aspek utama, yaitu validitas dan reliabilitas. Validitas memastikan bahwa indikator benar-benar mengukur variabel laten yang sesuai, sedangkan reliabilitas memastikan bahwa pengukuran konsisten dan stabil jika dilakukan berulang kali. Dengan kata lain, Outer Model adalah fondasi dari model penelitian, karena jika indikator tidak valid atau reliabel, hasil analisis Inner Model pun akan bermasalah.
Jenis-jenis Outer Model
Dalam PLS-SEM, Outer Model terbagi menjadi dua jenis berdasarkan sifat hubungan antara indikator dan variabel laten: Reflective Model dan Formative Model. Kedua jenis ini memiliki prinsip pengukuran yang berbeda, sehingga analisis dan interpretasinya juga berbeda
1.Reflective Model
Reflective Model adalah model pengukuran di mana indikator mencerminkan variabel laten. Dengan kata lain, variabel laten dianggap sebagai penyebab munculnya indikator. Misalnya, variabel kepuasan pelanggan dapat diukur melalui indikator kepuasan terhadap kualitas produk, pelayanan, dan harga. Jika kepuasan pelanggan meningkat, semua indikator cenderung menunjukkan peningkatan yang serupa.
Dalam Reflective Model, asumsi utama adalah indikator saling berkorelasi, dan perubahan variabel laten akan tercermin pada semua indikator. Oleh karena itu, validitas dapat diuji dengan melihat loadings dan Average Variance Extracted (AVE), sementara reliabilitas dapat diuji melalui Cronbach’s Alpha atau Composite Reliability. Reflective Model cocok digunakan ketika indikator merupakan manifestasi alami dari konstruk yang ingin diukur.
2. Formative Model
Formative Model berbeda dengan Reflective Model karena indikator membentuk variabel laten. Dalam model ini, indikator dianggap sebagai penyebab munculnya variabel laten, bukan sebagai cerminan. Misalnya, variabel kinerja karyawan dapat dibentuk dari indikator produktivitas, ketepatan waktu, dan kualitas pekerjaan. Variabel laten adalah hasil kombinasi indikator-indikator tersebut, sehingga jika salah satu indikator meningkat atau menurun, variabel laten dapat berubah secara proporsional.
Formative Model menekankan pentingnya setiap indikator, karena jika indikator dihilangkan, variabel laten mungkin tidak terwakili dengan benar. Evaluasi Formative Model biasanya dilakukan dengan menilai signifikansi dan kontribusi indikator melalui analisis bootstrapping. Validitas dalam Formative Model lebih menekankan pada konten indikator daripada hubungan antar indikator.
Indikator dan Pengukuran Outer Model
Indikator adalah elemen kunci dalam Outer Model karena merepresentasikan variabel laten dalam bentuk yang dapat diobservasi. Pemilihan indikator harus dilakukan dengan cermat, berdasarkan teori dan literatur penelitian. Indikator yang baik harus memenuhi tiga kriteria utama: representatif, relevan, dan dapat diukur.
Representatif berarti indikator benar-benar mencerminkan konstruk variabel laten. Misalnya, untuk mengukur motivasi belajar, indikator seperti ketekunan belajar, keaktifan dalam diskusi, dan inisiatif mengerjakan tugas dianggap representatif.
Relevan menunjukkan bahwa indikator terkait langsung dengan variabel laten. Indikator yang tidak relevan dapat menurunkan validitas pengukuran.
Dapat diukur artinya indikator harus bersifat kuantitatif atau dapat dikonversi menjadi angka melalui skala, misalnya skala Likert.
Dalam SmartPLS, setiap indikator diinput ke dalam software dan dianalisis untuk menentukan loading factor. Loading factor yang tinggi menunjukkan bahwa indikator kuat dalam merepresentasikan variabel laten. Secara umum, nilai loading minimal 0,7 dianggap memadai untuk Reflective Model, sementara nilai yang lebih rendah dapat diterima untuk eksplorasi awal dengan catatan perbaikan indikator dilakukan jika diperlukan.
Validitas dan Reliabilitas Outer Model
Validitas dan reliabilitas adalah kriteria utama yang harus dipenuhi dalam Outer Model. Tanpa kedua aspek ini, hasil penelitian menjadi tidak dapat dipercaya.
Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana indikator benar-benar mengukur variabel laten yang dimaksud. Dalam Reflective Model, validitas dapat diuji melalui beberapa metode: convergent validity dan discriminant validity. Convergent validity mengukur apakah indikator yang seharusnya berkorelasi dengan konstruknya memang menunjukkan korelasi tinggi. Discriminant validity memastikan bahwa konstruk berbeda memiliki indikator yang berbeda pula dan tidak saling tumpang tindih.
Dalam Formative Model, validitas lebih bersifat konten dan relevansi, yaitu apakah semua indikator yang membentuk variabel laten mencerminkan konsep secara menyeluruh. Analisis bootstrapping dilakukan untuk menilai signifikansi kontribusi masing-masing indikator.
Reliabilitas
Reliabilitas menilai konsistensi pengukuran. Dalam Reflective Model, dapat digunakan Cronbach’s Alpha atau Composite Reliability. Nilai Cronbach’s Alpha atau Composite Reliability di atas 0,7 menunjukkan bahwa indikator dapat diandalkan. Sedangkan dalam Formative Model, reliabilitas lebih menekankan pada stabilitas kontribusi indikator, bukan korelasi antar indikator. Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk memastikan tidak terjadi multikolinearitas antar indikator.
Proses Analisis Outer Model di SmartPLS
Analisis Outer Model di SmartPLS dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, peneliti memasukkan variabel laten dan indikator ke dalam diagram path. Selanjutnya, dilakukan run PLS Algorithm untuk menghitung loadings, path coefficients, dan nilai reliabilitas.
Hasil awal berupa loading factor untuk Reflective Model dan kontribusi indikator untuk Formative Model. Nilai yang tidak memenuhi kriteria dapat dihapus atau diperbaiki. Tahap berikutnya adalah evaluasi validitas konvergen dan diskriminan serta reliabilitas. Jika semua indikator valid dan reliabel, Outer Model dianggap memenuhi syarat, dan analisis Inner Model dapat dilakukan untuk menguji hubungan antar variabel laten.
Kelebihan dan Kelemahan Outer Model
Outer Model memiliki beberapa kelebihan penting dalam penelitian. Pertama, memberikan dasar yang kuat untuk memastikan kualitas pengukuran variabel. Kedua, memungkinkan evaluasi indikator secara individu sehingga peneliti dapat memperbaiki instrumen sebelum melanjutkan analisis Inner Model. Ketiga, dapat diterapkan pada berbagai jenis data, termasuk data dengan sampel kecil atau distribusi tidak normal.
Namun, ada juga kelemahan. Pemilihan indikator yang tidak tepat dapat menurunkan validitas dan reliabilitas. Evaluasi Formative Model lebih kompleks karena harus mempertimbangkan kontribusi masing-masing indikator secara proporsional. Selain itu, interpretasi hasil Outer Model membutuhkan pemahaman teori dan analisis statistik yang cukup mendalam agar tidak salah mengambil kesimpulan.
Implikasi Penelitian
Pemahaman dan penerapan Outer Model sangat penting dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan PLS-SEM. Dengan Outer Model yang valid dan reliabel, peneliti dapat memastikan bahwa indikator yang digunakan benar-benar mencerminkan konstruk variabel laten. Hal ini meningkatkan kepercayaan terhadap hasil penelitian dan mempermudah pengambilan keputusan berbasis data.
Dalam konteks praktis, Outer Model membantu peneliti dalam merancang kuesioner atau instrumen penelitian yang efektif. Misalnya, perusahaan yang ingin mengukur kepuasan pelanggan dapat menggunakan Outer Model untuk memastikan pertanyaan dalam survei benar-benar mencerminkan tingkat kepuasan pelanggan, sehingga hasil analisis menjadi lebih akurat dan dapat dijadikan dasar strategi bisnis.
Kesimpulan
Outer Model merupakan komponen fundamental dalam PLS-SEM yang menentukan kualitas pengukuran variabel laten melalui indikator-indikatornya. Dengan membedakan Reflective dan Formative Model, peneliti dapat menyesuaikan analisis sesuai sifat indikator dan variabel laten. Evaluasi validitas dan reliabilitas memastikan bahwa indikator yang digunakan benar-benar representatif, relevan, dan dapat diukur secara konsisten.
Analisis Outer Model di SmartPLS memudahkan peneliti melakukan evaluasi dan perbaikan indikator sebelum melanjutkan analisis Inner Model. Pemahaman yang baik tentang Outer Model meningkatkan kualitas penelitian, menghasilkan data yang lebih akurat, dan mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti. Dengan kata lain, penguasaan Outer Model adalah kunci keberhasilan penelitian yang menggunakan PLS-SEM.
